Welcome to my blog :)

rss

Kamis, 02 September 2010

TUNTUNAN RASUL TENTANG MENYAMBUT SEPULUH HARI TERAKHIR RAMADHAN

Segala puji bagi Alloh, Robb semesta alam, Yang memuliakan orang-orang yang ta’at, Yang mengampuni dosa orang-orang yang bertaubat. Shalawat dan salam atas Imam orang-orang yang bertaqwa dan sebaik-baik ahli ‘ibadah, Muhammad Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam., wa ba’du:
Alloh telah memuliakan umat ini dan memberikan karunia kepadanya dengan mendatangkan musim-musim yang penuh dengan kebaikan, pahala yang berlipat di dalamnya, yang mampu menyentuh hati serta mendorong manusia berbondong-bondong menyongsongnya untuk melakukan amal yang sesuai dengan apa yang dicintai dan diridhai oleh Alloh Ta’ala.
Oleh karena itu, orang yang hatinya hidup dalam menyongsong panggilan Allah dan memiliki semangat yang tinggi akan berusaha sekuat tenaga dan semaksimal mungkin untuk mendapatkan keridhaan Alloh dan mendekatkan diri kepadaNya; dan ini merupakan bekal yang amat mulia. Allah berfirman (artinya), “(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,[88]. kecuali orang-orang yang menghadap Alloh dengan hati yang bersih.”[89] {Q.S.asy-Syu’arâ’:88-89}.
Rosulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam , bersabda, “Dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad.” (HR Muslim)
Berikut ini ulasan ringkas tentang beberapa petunjuk Rosulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam, berkenaan dengan aktivitas beliau pada sepuluh terakhir dari bulan Romadhon:

1. Beliau Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam, Bersungguh-sungguh Di Dalam Beribadah
NabiShollallohu ‘Alaihi Wa Sallam , menambah frekuensi ibadahnya pada al-’Asyrul Awaakhir (sepuluh hari terakhir) di bulan Romadhon dan bersungguh-sungguh di dalamnya. Dan hal seperti ini tidak pernah dilakukannya pada selain hari-hari tersebut. Seluruh hari-harinya dihabiskannya untuk beribadah, berserah diri dan berzikir.
Dalam hal ini, isteri beliau; ummul Mukminin, ‘Aisyah Rodiyallohu ‘Anha , menjelaskan, “Rosulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam , sangat bersungguh-sungguh pada al-’Asyrul Awaakhir, sesuatu yang tidak beliau lakukan pada selain hari-hari tersebut.” (HR Muslim)
‘Aisyah Rodhiyallohu ‘Anha berkata lagi, “Bila memasuki al-’Asyrul Awaakhir, Rosulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam, menghidupkan malamnya, membangunkan keluarganya serta bersungguh-sungguh dan bergiat sekali.” (HR Muslim)
Ali bin Abu Tholib berkata, “Bila menginjak al-’Asyrul Awaakhir, Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam, benar-benar sungguh-sungguh dan tidak meniduri isteri-isterinya.”(HR Baihaqi dan dinilai Hasan oleh penahqiq Musnad Imam Ahmad)

2. Beliau Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam, Melakukan Qiyamul Lail (Shalat Malam)
Qiyamul Lail yang dilakukan oleh beliau Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam pada al-’Asyrul Awaakhir ini memiliki keistimewaan tersendiri, diantaranya:
Bahwa beliau Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam dalam sholatnya tidak melebihi sebelas raka’at, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah Rodhiyallohu ‘Anha, dia berkata, “RosulullahShollallohu ‘Alaihi Wa Sallam tidak menambah (raka’at sholatnya) baik di bulan Romadhon ataupun selainnya melebihi sebelas raka’at.” (HR al-Bukhori)
Beliau memanjangkan sholatnya tersebut (melamakan temponya), sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah Rodhiyallohu ‘Anha, ketika ditanya, “Bagaimana sholat Rosulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam di bulan Romadhon?.” Dia menjawab, “Beliau tidak menambah (raka’at sholatnya) baik di bulan Romadhon ataupun selainnya melebihi sebelas raka’at. Beliau sholat empat raka’at, dan (mengenainya) jangan ditanya bagaimana indah dan panjang (lama)-nya, kemudian sholat empat raka’at lagi, dan (mengenainya) jangan ditanya bagaimana indah dan panjang (lama)-nya, kemudian sholat tiga raka’at. Lalu aku bertanya, ‘Wahai Rosulullah! Apakah engkau tidur sebelum shalat witir?, beliau bersabda, “Wahai ‘Aisyah! Sesunguhnya kedua mataku ini tidur akan tetapi hatiku tidak tidur.” (HR al-Bukhori)
Demikian juga hadits yang diriwayatkan oleh an-Nu’man bin Basyir, dia berkata, “Kami melakukan sholat malam bersama Rosulullah pada bulan Romadhon, malam ke duapuluh tiga (dan berakhir) sampai sepertiga malam pertama, kemudian kami lakukan lagi bersama beliau malam ke duapuluh lima (dan berakhir) sampai setengah malam, kemudian kami lakukan lagi bersamanya pada malam ke dua puluh tujuh (dan berakhir) sampai kami menyangka bahwa kami tidak mendapatkan sahur karenanya.” (HR an-Nasa’iy)

3. Beliau Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam Menyetor (Hafalan) al-Qur’an Kepada Jibril ‘Alaihissalaam
Diantara hal yang menguatkannya adalah hadits Ibn ‘Abbas Di dalamnya terdapat ungkapan, “…Jibril, menemui beliau, setiap malam di bulan Romadhon hingga berakhirnya. Ketika itu, NabiShollallohu ‘Alaihi Wa Sallam, menyetor (hafalan) al-Qur’an kepadanya.” (HR al-Bukhari).
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Fathimah Rodhiyallohu ‘Anha, disebutkan sabda beliau Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam (artinya), “…Sesungguhnya Jibril, mengetengahkan kepadaku al-Qur’an sekali setiap tahunnya, sedangkan tahun ini berlangsung dua kali.” (HR al-Bukhari)
Sabda beliau, “mengetengahkan” dan perkataan Ibnu ‘Abbas, dalam riwayat yang lain: “(Jibril) membelajarkannya”; mengandung pengertian bahwa terkadang satu dari keduanya membaca dan yang satu lagi mendengarkan, begitu pula sebaliknya.” (Lihat: Fathul Bari, VIII, hal. 659)

4. Beliau Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam Amat Tawadhu’ dan Menampakkan Kezuhudan
Diantara indikasi yang menguatkannya adalah sebagai berikut:
Mengalirnya air hujan dari atas atap masjid membasahi tempat beliau shalat. Demikian pula, kondisi beliau yang sujud di atas tanah yang bercampur air sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri RA., dia berkata, “lalu langit menjadi mendung pada malam itu kemudian turun hujan membasahi masjid, persis di tempat shalat Nabi SAW., pada malam ke duapuluh satu. Lalu mataku memandangi Rasulullah SAW., dan melihatnya keluar dari shalat shubuh dalam kondisi wajahnya yang penuh dengan lumuran tanah bercampur air.” (HR.Bukhari)
Ketika Qiyamul lail, beliau melakukannya di atas sehelai tikar, sebagaimana terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah Rodhiyallohuanha, dia berkata, “Dulu orang-orang melakukan shalat secara terpisah-pisah, lalu Raoulullah, memerintahkanku agar membentangkan sehelai tikar untuknya, lalu beliau sholat diatasnya.” (HR Abu Daud, no.1374. Syaikh al-Albany berkata di dalam Shahih Sunan Abi Daud, ‘Hasan Shahîh’)
Ketika i’tikaf beliau singgah di rumah yang terbuat dari pelepah kurma. (Lihat: hadits Ibn ‘Umar, diriwayatkan oleh Ahmad. Penahqiqnya, Syaikh al-Arna’uth berkata, ‘Hadits Shahih)
Sedikitnya makanan yang dimakan oleh beliau. (Lihat: hadits Dlumrah bin ‘Abdullah bin Unais dari ayahnya, Sunan Abu Daud, no.1379. Syaikh al-Albany mengomentari, ‘Hasan Shahih’)

5. Beliau Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam Melakukan I’tikaf pada al-’Asyrul Awaakhir
Nabi Sholalloju ‘Alaihi Wasallam., beri’tikaf pada al-’Asyrul Awaakhir dari bulan Romadhon dan memasang tempat khusus baginya di dalam masjid seraya menyendiri untuk menghadap Rabb-Nya meskipun di tengah kesibukan beliau dengan dakwah, tarbiyah, pengajaran dan jihad. Di antara indikasinya adalah sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Anas, dia berkata, “Nabi Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam, beri’tikaf pada al-’Asyrul Awaakhir dari bulan Romadhon.” (HR at-Turmuzy, dia berkata, hadits Hasan Shahih. Hadits ini juga dinilai Shahih oleh Syaikh al-Albany dalam kitabnya Shahih as-Sunan).

6. Beliau Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam Antusias mencari Lailatul Qadr
Malam Lailatul Qadr adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan dan Nabi, antusias dan secara sungguh-sungguh mencarinya dengan menambah frekuensi ibadah beliau melebihi ibadah yang beliau lakukan pada hari-hari lainnya. Di antara hal yang menguatkannya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri, bahwasanya Rosulullah, bersabda, “Sesungguhnya aku beri’tikaf pada sepuluh hari pertama untuk mencari malam ini (Lailatul Qadr), kemudian aku beri’tikaf lagi pada sepuluh pertengahan, kemudian aku didatangi dan dikatakan kepadaku, ‘sesungguhnya ia ada pada sepuluh hari terakhir (al-’Asyrul AwAkhir).’ Barangsiapa di antara kamu yang ingin beri’itikaf, maka beri’tikaflah.!” Lalu orang-orangpun beri’tikaf bersama beliau.” (HR Muslim)

7. Beliau Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam Tidak Lupa Memperhatikan Para isterinya
Di antara indikasinya adalah:Pertama, beliau menganjurkan mereka agar banyak-banyak berbuat kebajikan dan amal shalih. Salah satu contohnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Ali Rodhiyallohuanhu, “Bahwasanya pada al-’Asyrul Awaakhir dari bulan Romadhon Nabi Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam, membangunkan keluarganya (untuk sholat malam).” (HR at-Turmuzy, dia berkata, hadits Hasan Shahih)
Kedua, beliau pernah tidak beri’tikaf Romadhon dalam setahun untuk menjaga perasaan isteri-isteri beliau dan menghilangkan kekhawatiran akan tumbuhnya persaingan tidak sehat di antara mereka lantaran cemburu. (HR al-Bukhari)
Ketiga, beliau mengajak mereka berbicara sekali waktu saat beliau berada di peri’tikafannya. (Shahih Bukhari, hadits no. 6219, 2038)
Keempat, beliau mengizinkan mereka beri’tikaf bersama beliau (dengan memasang tempat khusus bagi kaum wanita dalam masjid Nabawi). (Lihat: Shahih Bukhari, hadits no. 2035, 2045)

8. Beliau Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam, Tetap Memberikan Bimbingan Agama Kepada Manusia
NabiShollallohu ‘Alaihi Wa Sallam, mengarahkan manusia dan mengajak mereka untuk mengerjakan amal shalih. Indikasinya, hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri, di dalamnya terdapat, “… Kemudian beliau bersabda, ‘Aku menghidupkan sepuluh pertama Romadhon (dengan ibadah), kemudian telah tampak olehku agar melakukannya lagi pada al-’Asyrul Awakhir; barangsiapa yang ingin melakukan i’tikaf bersamaku maka hendaklah dia mantap di peri’tikafannyanya. Sesungguhnya telah diperlihatkan kepadaku (sesuatu) pada malam ini namun kemudian aku dilupakan (untuk mengingatnya); oleh karena itu, carilah ia pada sepuluh hari terakhir (al-’Asyrul Awaakhir), dan carilah ia pada setiap tanggalnya yang ganjil.” (HR al-Bukhari)

9. Beliau Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam , Tetap Memberikan Fatwa Kepada Orang Yang Memintanya
Indikasinya; sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Dhumrah bin ‘Abdullah bin Anis dari ayahnya, dia berkata, [didalamnya terdapat,] “Beliau bersabda (kepadanya), “sepertinya kamu punya keperluan.?” Dia menjawab, ‘ya, sekelompok kaum dari Bani Salamah mengutusku kepadamu untuk menanyakan malam Lailatul Qadr. Beliau bersabda, “Tanggal berapakah malam ini.?” Dia menjawab, ‘duapuluh dua.’ Beliau bersabda, “Ia (malam Lailatul Qadr) ada pada malam ini.” Kemudian dia pulang dan berkata, yakni (maksud ucapan Nabi, tersebut adalah-red) malam yang akan datang ini, yaitu malam kedua puluh tiga” (HR Abu Daud dan dinilai Hasan Shahih oleh Syaikh al-Albani dalam kitabnya Shahih as-Sunan).

10. Beliau Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam, Menempatkan Dirinya Sebagai Qudwah (Panutan) Bagi Manusia
Di antara indikasinya:Pertama, beliau pergi ke masjid untuk melakukan shalat malam bersama orang-orang, sebagaimana dalam hadits ‘Aisyao, ‘bahwasanya Rasulullah, pada suatu malam keluar saat tengah malam, lalu beliau melakukan sholat di masjid, kemudian beberapa orang mengikuti sholat beliau…” (HR Bukhari)
Kedua, beliau i’tikaf untuk mencari dengan sungguh-sungguh Lailatul Qadr dan mengajak manusia untuk melakukan hal itu. (Lihat: Shahih Muslim, hadits no. 1167)

11. Kasih Sayang Beliau Terhadap Umatnya
Di antara yang menguatkan hal itu adalah:Pertama, beliau melarang para shahabatnya untuk melakukan puasa wishal (terus menerus tiap hari) sebagai bentuk kasih sayang beliau kepada mereka. Dalam hal ini, terdapat hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah, dia berkata, “Rasulullah, melarang Wishal (puasa terus menerus tiap hari) karena kasih sayang beliau terhadap mereka. Lantas mereka berkata, ‘Akan tetapi engkau melakukan wishal.?’ Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku tidak seperti (kondisi) kalian; sesungguhnya aku diberi makan oleh Robb-ku.” Dan ketika ada sebagian mereka yang ngotot untuk melakukan itu, beliau, memberikan peringatan dan mencela tindakan mereka tersebut namun ketika sebagian lagi tak mempan dengan peringatan melalui kata-kata, beliau memberikan mereka sanksi dan hal ini beliau lakukan semata-mata karena takut nantinya akan menyusahkan diri mereka sendiri. (Lihat: Shahih Bukhari, hadits no. 1964 dan Shahih Muslim, hadits no. 1105, 1104)
Kedua, beliau tidak sholat malam bersama para shahabatnya secara jama’ah karena khawatir nantinya hal itu akan diwajibkan terhadap mereka. (Lihat: Shahih Bukhari, hadits no. 1129)

12. Perintah Beliau Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam, Agar Orang-Orang Meneluarkan Zakat Fithrah
Indikasinya adalah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Tsa’labah, dia berkata, “Rasulullah, telah berkhuthbah di hadapan manusia sehari atau dua hari sebelum hari Raya ‘Iedul Fithri, lalu bersabda, “Keluarkanlah satu sha’ burr atau qamh (keduanya merupakan jenis gandum) antara dua orang atau satu sha’ kurma atau satu sha’ sya’ir (sejenis gandum juga) untuk setiap orang; kecil maupun tua.” (HR Abu Daud dan ‘Abdurrazzaq –lafazh hadits ini berasal darinya; dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)

13. Beliau Mewakilkan Sebagian Tugasnya Kepada Para Shahabat
Di antara indikasinya adalah perkataan Abu Huroirah, “Rasulullah, mewakilkan kepadaku untuk menangani zakat Romadhon, lalu seseorang datang kepadaku sembari memberi sedikit makanan dan aku mengambilnya, kemudian aku berkata: ‘aku akan mengadukan hal ini kepada Rosulullah” (HR Bukhari)
(SUMBER: Diterjemahkan dari tulisan Syaikh Nashir asy-Syimaly berjudul Barnaamaj I’ti



http://www.readbud.com/?ref=4825024

0 komentar:

Posting Komentar